A. Pengertian Budaya dan Iklim
Sekolah
1.
Budaya Sekolah
Secara etimologis
pengertian budaya (culture) berasal
dari kata latin colere, yang berarti
membajak tanah, mengolah, memelihara ladang (Poespowardojo, 1993). Namun
pengetian yang semula agraris lebih lanjut diterapkan pada hal-hal yang lebih
rohani (Langeveld, 1993). Selanjutnya secara terminologis pengertian budaya
menurut Montago dan Dawson (1993) merupakan way
of life, yaitu cara hidup tertentu yang memancarkan identitas tertentu pula
dari suatu bangsa. Kemudian Kotter dan Heskett (1992) yang dikutip dalam The American Herritage Dictionary
mendefinisikan kebudayaan secara formal, “sebagai suatu keseluruhan dari pola
perilaku yang dikirimkan melalui kehidupan sosial, seni, agama, kelembagaan dan
segala hasil kerja dan pemikiran manusia dari suatu kelompok manusia”.
Selanjutnya Koentjaraningrat mendefinisikan budaya sebagai “keseluruhan sistem
gagasan tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang
dijadikan milik diri manusia dengan cara belajar”. Lebih lanjut
Koentjaraningrat membagi kebudayaan dalam tiga wujud yaitu:
a. wujud kebudayaan sebagai suatu kompleksitas dari
ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan lain-lain;
b. wujud kebudayaan sebagai suatu kompleksitas
aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat dan;
c. wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya
manusia.
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan di atas
dapat disimpulkan bahwa budaya adalah sesuatu yang abstrak tetapi tetap
memiliki dimensi yang mencolok, dapat didefinisikan dan dapat diukur
berdasarkan karakteristik umum seperti yang dikemukakan oleh Robbins (1994)
sebagai berikut: (1) inisiatif individual, (2) toleransi terhadap tindakan
beresiko, (3) arah, (4) integrasi, (5) dukungan dari manajemen, (6) kontrol,
(7) identitas, (8) sistem imbalan, (9) toleransi terhadap konflik dan (10)
pola-pola komunikasi.
Dalam lingkup tatanan dan pola yang menjadi
karakteristik sebuah sekolah juga memiliki dimensi yang dapat di ukur yang
menjadi ciri budaya sekolah seperti:
a. Tingkat tanggung jawab, kebebasan dan
independensi personil sekolah dan komite sekolah dalam berinisiatif.
b. Sejauh mana para personil
sekolah dianjurkan dalam bertindak agresif, inovatif dan mengambil resiko.
c. Sejauh mana sekolah menciptakan dengan jelas
visi, misi, tujuan dan sasaran sekolah.
d. Sejauh mana unit-unit dalam sekolah didorong
untuk bekerja dengan cara yang terkoordinasi.
e. Tingkat sejauh mana kepala sekolah memberi
informasi yang jelas, bantuan serta dukungan terhadap personil sekolah.
f. Jumlah pengaturan dan pengawasan langsung yang
digunakan untuk mengawasi dan mengendalikan perilaku personil sekolah.
g. Sejauh mana para personil sekolah
mengidentifkasi dirinya secara keseluruhan dengan sekolah ketimbang dengan
kelompok kerja tertentu atau bidang keahlian profesional
h. Sejauh mana alokasi imbalan diberikan didasarkan
atas kriteria prestasi
i. Sejauh mana personil sekolah di dorong untuk
mengemukakan konflik dan kritik secara terbuka.
j. Sejauh mana komunikasi antar personil sekolah
dibatasi oleh hierarki yang formal (diadopsi dari karakteristik umum seperti
yang dikemukakan oleh Stephen P. Robbins).
Dari sekian karakteristik yang ada, didasarkan
pada dimensi struktural organisasi sekolah dapat disimpulkan bahwa semakin
rutin teknologi dalam budaya sekolah semakin disentralisasi proses pengambilan
keputusan dalam lingkungan sekolah sehingga menciptakan budaya komunikasi
formal dan informal. Dengan kata lain bahwa budaya sekolah bukan hanya refleksi
dari sikap para personil sekolah, namun juga merupakan cerminan kepribadian
sekolah yang ditunjukan oleh perilaku individu dan kelompok dalam sebuah
komunitas sekolah.
Budaya sekolah adalah nilai-nilai dominan yang
didukung oleh sekolah atau falsafah yang menuntun kebijakan sekolah terhadap
semua unsur dan komponen sekolah termasuk stakeholders
pendidikan, seperti cara melaksanakan pekerjaan di sekolah serta asumsi atau
kepercayaan dasar yang dianut oleh personil sekolah. Budaya sekolah merujuk
pada suatu sistem pengertian atau nilai, kepercayaan dan norma-norma yang
diterima secara bersama serta dilaksanakan dengan penuh kesadaran sebagai
perilaku alami, yang dibentuk oleh lingkungan yang menciptakan pemahaman yang
sama diantara seluruh unsur dan personil sekolah baik itu kepala sekolah, guru,
staf, siswa dan jika perlu membentuk opini masyarakat yang sama dengan sekolah.
Setiap sekolah memiliki kepribadian atau karakteristik
tersendiri yang diciptakan dan dipertahankan serta mempertimbangkan dampak yang
ditimbulkan terhadap unsur dan komponen sekolah yang merupakan budaya dan iklim
suatu sekolah. Jadi pada dasarnya sekolah harus dapat menciptakan bagaimana
orang belajar dan bagaimana kita bisa membantu mereka belajar.
Budaya dan iklim sekolah bukanlah suatu sistem
yang lahir sebagai aturan yang logis atau tidak logis, pantas atau tidak pantas
yang harus dan patut ditaati dalam lingkungan sekolah, tetapi budaya dan iklim
sekolah harus lahir dari lingkungan suasana budaya yang mendukung seseorang
melaksanakan dengan penuh tanggung jawab, rela, alami dan sadar bahwa apa yang
dilakukan (ketaatan itu muncul dengan sendirinya tanpa harus menunggu perintah
atau dibawah tekanan) merupakan spontanitas berdasarkan kata hati karena
didukung oleh iklim lingkungan yang menciptakan kesadaran kita dalam lingkungan
sekolah. Misalnya budaya disiplin, budaya berprestasi dan budaya bersih
2.
Iklim Sekolah
Secara konseptual, iklim
lingkungan atau suasana di sekolah didefinisikan sebagai seperangkat atribut
yang memberi warna atau karakter, spirit, ethos, suasana batin, setiap sekolah
(Fisher & Fraser, 1990; Tye, 1974). Secara operasional, sebagaimana halnya
pengertian iklim pada cuaca, iklim lingkungan di sekolah dapat dilihat dari
faktor seperti kurikulum, sarana, dan kepemimpinan kepala sekolah, dan
lingkungan pembelajaran di kelas.
Beberapa pengertian lain mengenai iklim sekolah
yang hampir memiliki makna serupa dikemukakan berikut ini. Hoy dan Miskel
(1987) merumuskan pengertian iklim sekolah sebagai persepsi guru terhadap
lingkungan kerja umum sekolah. De Roche (1985) mengemukakan iklim sebagai
hubungan antar-personil, sosial dan faktor-faktor kultural yang mempengaruhi
perilaku individu dan kelompok dalam lingkungan sekolah.
Selama dua dasawarsa
lingkungan pembelajaran di sekolah dipandang sebagai salah satu faktor penentu
keefektifan suatu sekolah (Creemer et al., 1989). Fisher dan Fraser (1990) juga
menyatakan bahwa peningkatan mutu lingkungan kerja di sekolah dapat menjadikan
sekolah lebih efektif dalam memberikan proses pembelajaran yang lebih baik.
Freiberg (1998) menegaskan bahwa lingkungan yang
sehat di suatu sekolah memberikan kontribusi yang signifikan terhadapan proses
kegiatan belajar mengajar yang efektif. Ia memberikan argumen bahwa pembentukan
lingkungan kerja sekolah yang kondusif menjadikan seluruh anggota sekolah
melakukan tugas dan peran mereka secara optimal. Hasil-hasil penelitian selaras
dan mendukung penegasan tersebut. Misalnya, penelitian oleh Van de Grift dan
kawan-kawan (1997) di 121 sekolah menengah di Belanda menunjukkan bahwa
prestasi akademik siswa untuk bidang matematika dipengaruhi oleh sikap siswa
terhadap mata pelajaran matematika, apresiasi terhadap usaha guru, serta
lingkungan pembelajaran yang terstruktur. Atwool (1999) menyatakan bahwa
lingkungan pembelajaran sekolah, dimana siswa mempunyai kesempatan untuk
melakukan hubungan yang bermakna di dalam lingkungan sekolahnya, sangat
diperlukan untuk meningkatkan kemampuan belajar siswa, memfasilitasi siswa
untuk bertingkah laku yang sopan, serta berpotensi untuk membantu siswa dalam
menghadapi masalah yang dibawa dari rumah. Selanjutnya Samdal dan kawan-kawan
(1999) juga telah mengidentifikasi tiga aspek lingkungan psikososial sekolah
yang menetukan prestasi akademik siswa. Ketiga aspek tersebut adalah tingkat
kepuasan siswa terhadap sekolah, terhadap keinginan guru, serta hubungan yang
baik dengan sesama siswa. Mereka juga menyarankan bahwa intervensi sekolah yang
meningkatkan rasa kepuasan sekolah akan dapat meningkatkan prestasi akademik
siswa.
Hoy dan Hannum (1997) menemukan bahwa lingkungan sekolah dimana
rasa kebersamaan sesama guru tinggi, dukungan sarana memadai, target akademik
tinggi, dan kemantapan integritas sekolah sebagai suatu institusi mendukung
pencapaian prestasi akademik siswa yang lebih baik. Selain dari itu, Sweetland
dan Hoy (2000) menyatakan bahwa iklim lingkungan sekolah dimana pemberdayaan
guru menjadi prioritas adalah sangat esensial bagi keefektifan sekolah yang
pada muaranya mempengaruhi prestasi siswa secara keseluruhan. Hasil-hasil
penelitian juga menunjukkan hubungan antara iklim lingkungan sekolah dengan
sikap siswa terhadap mata pelajaran. Papanastaiou (2002) menyatakan bahwa baik
secara langsung maupun tidak langsung, iklim lingkungan sekolah memberi efek
terhadap sikap siswa terhadap mata pelajaran IPA di sekolah menengah.
B.
Tujuan
Dan Manfaat Pengembangan Budaya dan Iklim Sekolah
Hasil pengembangan budaya sekolah adalah meningkatkan
perilaku yang konsisten dan untuk menyampaikan kepada personil sekolah tentang
bagaimana perilaku yang seharusnya dilakukan untuk membangun kepribadian mereka
dalam lingkungan sekolah yang sesuai dengan iklim lingkungan yang tercipta di
sekolah baik itu lingkungan fisik maupun iklim kultur yang ada.
Pemahaman bahwa budaya dan iklim sekolah
mempunyai sifat yang sama, tidak berarti bahwa tidak akan terdapat sub-budaya
di dalam budaya sekolah. Oleh
karena itu budaya yang terbentuk dalam lingkungan sekolah yang merupakan
karakteristik sekolah adalah budaya dominan atau budaya yang kuat, dianut,
diatur dengan baik dan dirasakan bersama secara luas. Makin banyak personil
sekolah yang menerima nilai-nilai inti, menyetujui gagasan berdasarkan kepentingannya,
dan merasa sangat terikat pada nilai yang ada maka makin kuat budaya tersebut.
Karena para personil sekolah memiliki pengalaman yang diterima bersama,
sehingga dapat menciptakan pengertian yang sama. Hal ini bukan berarti bahwa
anggota yang stabil memiliki budaya yang kuat, karena nilai inti dari budaya
sekolah harus dipertahankan dan dijunjung tinggi.
Untuk
menciptakan budaya sekolah yang kuat dan positif perlu dibarengi dengan rasa
saling percaya dan saling memiliki yang tinggi terhadap sekolah, memerlukan
perasaan bersama dan intensitas nilai yang memungkinkan adanya kontrol perilaku
individu dan kelompok serta memiliki satu tujuan dalam menciptakan perasaan
sebagai satu keluarga. Dengan kondisi seperti ini dan dibarengi dengan
kontribusi yang besar terhadap harapan dan cita-cita individu dan kelompok
sebagai wujud dan harapan sekolah yang tertuang dalam visi, misi, tujuan dan
sasaran sekolah ditunjang oleh iklim sekolah yang mendukung kontribusi
tersebut.
Manfaat
yang diperoleh dengan pengembangan budaya dan iklim sekolah yang kuat, intim,
kondusif dan bertanggung jawab adalah:
1.
Menjamin kualitas kerja yang lebih
baik.
2.
Membuka seluruh jaringan komunikasi
dari segala jenis dan level baik komunikasi vertikal maupun horisontal.
3.
Lebih terbuka dan transparan
4.
Menciptakan kebersamaan dan rasa saling
memiliki yang tinggi
5.
Meningkatkan solidaritas dan rasa
kekeluargaan
6. Jika menemukan kesalahan akan segera
dapat diperbaiki
7. Dapat beradaptasi dengan baik terhadap
perkembangan IPTEK
Manfaat ini bukan hanya dirasakan dalam
lingkungan sekolah tetapi dimana saja karena dibentuk oleh norma pribadi dan
bukan oleh aturan yang kaku dengan berbagai hukuman jika terjadi pelanggaran
yang dilakukan.
Selain beberapa manfaat diatas, manfaat lain
bagi individu dan kelompok secara pribadi adalah :
1.
Meningkatkan kepuasan kerja
2.
Pergaulan lebih akrab
3.
Disiplin meningkat
4.
Pengawasan fungsional berkurang
5.
Muncul keinginan untuk selalu ingin
berbuat
6.
Belajar dan berprestasi terus serta
7.
Selalu ingin memberikan yang terbaik
bagi sekolah, keluarga, orang lain dan diri sendiri.
C.
Model
Pengembangan Budaya dan Iklim Sekolah
Model pengembangan budaya dan iklim sekolah yang
diharapkan dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik itu kepala
sekolah, guru dan staf sekolah dan utamanya siswa itu sendiri dapat dijadikan
dasar dalam upaya memperbaiki iklim sekolah. Model tersebut merupakan integrasi
komponen-komponen seperti budaya sekolah, iklim organisasi, dan pranata sistem
sekolah.
Komponen pengembangan budaya dan iklim sekolah
secara umum dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori dengan beberapa aspek
sebagai berikut:
1.
Budaya sekolah meliputi aspek-aspek:
a.
Nilai
b.
Norma
c.
Perilaku
2.
Lingkungan fisik sekolah meliputi:
a.
Keindahan
b.
Keamanan
c.
Kenyamanan
d.
Ketentraman
e.
Kebersihan
3.
Lingkungan sistem sekolah meliputi:
a.
Berbasis mutu
b.
Kepemimpinan kepala sekolah
c.
Disiplin dan tata tertib
d.
Penghargaan dan insentif
e.
Harapan untuk berprestasi
f.
Akses informasi
g.
Evaluasi
h.
Komunikasi yang intensif dan terbuka
Model berikut ini menjelaskan tentang bagaimana
membangun sebuah budaya dan iklim sekolah berdasarkan unsur-unsur di atas.
Model tersebut menggambarkan bahwa budaya dan iklim organisasi merupakan
kumpulan nilai-nilai, norma dan perilaku yang mengontrol interaksi-personil
sekolah dengan orang diluar sekolah. Budaya organisasi sekolah tidak bisa lepas
dari nilai-nilai yang dianut oleh individu-induidu yang memiliki kepentingan
dengan sekolah, atau dengan kata lain budaya dan iklim sekolah merupakan hasil
interaksi nilai-nilai yang dianut individu di dalam dan diluar sekolah. Sekolah
merupakan kesatuan sosial yang dikoordinasikan secara sadar dengan sebuah
batasan yang relatif kontinyu untuk mencapai visi, misi, tujuan dan sasaran
sekolah.
|
|
Gambar 1. Model dalam Membangun Budaya dan
iklim Sekolah
D.
Prinsip-Prinsip
Pengembangan Budaya dan Iklim Sekolah
Prinsip adalah ”suatu pernyataan atau suatu
kebenaran yang pokok, yang memberikan suatu petunjuk kepada pemikiran atau
tindakan” (Moekijat ,1990). Lebih jauh dijelaskan pengertian prinsip yakni
pedoman-pedoman yang dapat membantu dalam penerapan manajemen yang harus
dipergunakan secara cermat dan bijaksana.
Budaya dan iklim sekolah yang efektif akan
memberikan efek positif bagi semua unsur dan personil sekolah seperti kepala
sekolah, guru, staf, siswa dan masyarakat. Prinsip-prinsip yang menjadi acuan
dalam pengembangan budaya dan iklim sekolah adalah sebagai berikut:
1. Berfokus Pada Visi, Misi dan Tujuan Sekolah
Pengembangan budaya dan
iklim sekolah harus senantiasa sejalan dengan visi, misi dan tujuan sekolah.
Fungsi visi, misi, dan tujuan sekolah adalah mengarahkan pengembangan budaya
dan iklim sekolah. Visi tentang keunggulan mutu misalnya, harus disertai dengan
program-program yang nyata mengenai penciptaan budaya dan iklim sekolah.
2. Penciptaan Komunikasi Formal dan Informal
Komunikasi merupakan dasar
bagi koordinasi dalam sekolah, termasuk dalam menyampaikan pesan-pesan
pentingnya budaya dan iklim sekolah. Komunikasi informal sama pentingnya dengan
komunikasi formal. Dengan demikian kedua jalur komunikasi tersebut perlu
digunakan dalam menyampaikan pesan secara efektif dan efisien.
3. Inovatif dan Bersedia Mengambil Resiko
Salah satu dimensi budaya
organisasi adalah inovasi dan kesediaan mengambil resiko. Setiap perubahan
budaya sekolah menyebabkan adanya resiko yang harus diterima khususnya bagi
para pembaharu. Ketakutan akan resiko menyebabkan kurang beraninya seorang
pemimpin mengambil sikap dan keputusan dalam waktu cepat.
4. Memiliki Strategi yang Jelas
Pengembangan budaya dan iklim sekolah perlu ditopang oleh strategi dan
program. Startegi mencakup cara-cara yang ditempuh sedangkan program menyangkut
kegiatan operasional yang perlu dilakukan. Strategi dan program merupakan dua
hal yang selalu berkaitan.
5. Berorientasi Kinerja
Pengembangan budaya dan iklim sekolah perlu diarahkan pada sasaran yang
sedapat mungkin dapat diukur. Sasaran yang dapat diukur akan mempermudah
pengukuran capaian kinerja dari suatu sekolah.
6. Sistem Evaluasi yang Jelas
Untuk mengetahui kinerja pengembangan budaya dan
iklim sekolah perlu dilakukan evaluasi secara rutin dan bertahap: jangka
pendek, sedang, dan jangka panjang. Karena itu perlu dikembangkan sistem evaluasi terutama
dalam hal: kapan evaluasi dilakukan, siapa yang melakukan dan mekanisme tindak
lanjut yang harus dilakukan.
7.
Memiliki
Komitmen yang Kuat
Komitemen dari pimpinan dan warga sekolah sangat
menentukan implementasi program-program pengembangan budaya dan iklim sekolah.
Banyak bukti menunjukkan bahwa komitmen yang lemah terutama dari pimpinan
menyebabkan program-program tidak terlaksana dengan baik.
8.
Keputusan
Berdasarkan Konsensus
Ciri budaya organisasi yang positif adalah
pengembilan keputusan partisipatif yang berujung pada pengambilan keputusan
secara konsensus. Meskipun
hal itu tergantung pada situasi keputusan, namun pada umumnya konsensus dapat
meningkatkan komitmen anggota organisasi dalam melaksanakan keputusan tersebut.
9.
Sistem
Imbalan yang Jelas
Pengembangan budaya dan iklim sekolah hendaknya disertai dengan sistem imbalan
meskipun tidak selalu dalam bentuk barang atau uang. Bentuk lainnya adalah
penghargaan atau kredit poin terutama bagi siswa yang menunjukkan perilaku
positif yang sejalan dengan pengembangan budaya dan iklim sekolah.
10.
Evaluasi
Diri
Evaluasi diri merupakan salah satu alat untuk mengetahui masalah-masalah
yang dihadapi di sekolah. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan
pendekatan curah pendapat atau menggunakan skala penilaian diri. Kepala sekolah
dapat mengembangkan metode penilaian diri yang berguna bagi pengembangan budaya
dan iklim sekolah. Halaman berikut ini dikemukakan satu contoh untuk mengukur
budaya dan iklim sekolah.
E.
Asas-Asas Pengembangan
Budaya dan Iklim Sekolah
Definisi budaya dan iklim sekolah sebagaimana
yang telah dijelaskan sebelumnya merupakan sebuah pola asumsi dasar dalam
mengembangkan budaya dan iklim sekolah efektif, sehingga unsur dan
prinsip-prinsipnya dianggap valid untuk dilaksanakan secara terus menerus serta
diterapkan bukan hanya dianggap sebagai strategi tetapi lebih condong dipandang
sebagai budaya. Oleh karena itu peningkatan mutu dan kualitas pendidikan di
sekolah harus senantiasa dibarengi dengan pengembangan budaya dan iklim sekolah
yang kondusif dengan menerapkan nilai-nilai dasar sebagai asas kehidupan
sekolah.
Contoh
Skala Sikap terhadap Budaya dan iklim Sekolah
Petunjuk: Beri
tanda silang (X) pada kolom yang paling mendekati kata yang menjelaskan apa
yang Anda rasakan tentang budaya sekolah Anda
1
|
Hangat
|
|
|
|
|
|
|
|
Dingin
|
2
|
Otokratis
|
|
|
|
|
|
|
|
Demokratis
|
3
|
Bersahabat
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak bersahabat
|
4
|
Kreatif
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak kreatif
|
5
|
Tertutup
|
|
|
|
|
|
|
|
Terbuka
|
6
|
Tidak Ramah
|
|
|
|
|
|
|
|
Ramah
|
7
|
Mendukung
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak mendukung
|
8
|
Manusiawi
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak manusiawi
|
9
|
Aman
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak aman
|
10
|
Memotivasi
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak memotivasi
|
11
|
Kaku
|
|
|
|
|
|
|
|
Fleksibel
|
12
|
Tidak menyenangkan
|
|
|
|
|
|
|
|
Menyenangkan
|
13
|
Menggairahkan
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak menggairahkan
|
14
|
Tidak sehat
|
|
|
|
|
|
|
|
Sehat
|
15
|
Santai
|
|
|
|
|
|
|
|
Tegang
|
16
|
Aktif
|
|
|
|
|
|
|
|
Pasif
|
17
|
Komunikatif
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak Komunikatif
|
18
|
Buruk
|
|
|
|
|
|
|
|
Baik
|
19
|
Bersemangat
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak bersemangat
|
20
|
Monoton
|
|
|
|
|
|
|
|
Dinamis
|
21
|
Mendorong
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak mendorong
|
22
|
Tidak Pengertian
|
|
|
|
|
|
|
|
Pengertian
|
23
|
Peduli
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak peduli
|
24
|
Sabar
|
|
|
|
|
|
|
|
Tidak sabar
|
25
|
Sedih
|
|
|
|
|
|
|
|
Senang
|
Petunjuk perhitungan skor:
1.
Rentang skala dari 1 sampai 7 untuk pernyataan dari negatif ke
positif yang berlaku untuk pernyataan-pernyataan nomor 2, 5, 6, 11, 12, 14, 18,
20, 22, dan 25)
2.
Rentang skala dari 7 ke 1 untuk pernyataan dari positif ke negatif
yang berlaku untuk pernyataan-pernyataan nomor 1, 3, 4, 7, 8, 9, 10, 13, 15,
16, 17, 19, 21, 23, dan 24.
3.
Semakin tinggi skor individu, semakin positif sikap yang dimiliki
terhadap kultur sekolah.
Secara umum asas-asas
pengembangan budaya dan iklim sekolah dapat di uraikan sebagai berikut:
1.
Kerjasama
tim (team work)
Pada dasarnya sebuah komunitas sekolah merupakan
sebuah tim/kumpulan individu yang bekerja sama untuk mencapai tujuan. Untuk
itu, nilai kerja sama merupakan suatu keharusan dan kerjasama merupakan
aktivitas yang bertujuan untuk membangun kekuatan-kekuatan atau sumber daya
yang dimilki oleh personil sekolah.
2.
Kemampuan
Menunjuk pada kemampuan untuk mengerjakan tugas
dan tanggung jawab pada tingkat kelas atau sekolah. Dalam lingkungan
pembelajaran, kemampuan profesional guru bukan hanya ditunjukkan dalam bidang
akademik tetapi juga dalam bersikap dan bertindak yang mencerminkan pribadi
pendidik.
3.
Keinginan
Keinginan di sini merujuk pada kemauan atau
kerelaan untuk melakukan tugas dan tanggung jawab untuk memberikan kepuasan
terhadap siswa dan masyarakat. Semua nilai di atas tidak berarti apa-apa jika
tidak diiringi dengan keinginan. Keinginan juga harus diarahkan pada usaha
untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan dan kompetensi diri dalam
melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai budaya yang muncul dalam diri
pribadi baik sebagai kepala sekolah, guru, dan staf dalam memberikan pelayanan
kepada siswa dan masyarakat.
4.
Kegembiraan
(happiness)
Nilai kegembiraan ini harus dimiliki oleh
seluruh personil sekolah dengan harapan kegembiraan yang kita miliki akan
berimplikasi pada lingkungan dan iklim sekolah yang ramah dan menumbuhkan
perasaan puas, nyaman, bahagia dan bangga sebagai bagian dari personil sekolah.
Jika perlu dibuat wilayah-wilayah yang dapat membuat suasana dan memberi nuansa
yang indah, nyaman, asri dan menyenangkan, seperti taman sekolah ditata dengan
baik dan dibuat wilayah bebas masalah atau wilayah harus senyum dan sebagainya.
5.
Hormat
(respect)
Rasa hormat merupakan nilai yang memperlihatkan
penghargaan kepada siapa saja baik dalam lingkungan sekolah maupun dengan
stakeholders pendidikan lainnya. Keluhan-keluhan yang terjadi karena perasaan
tidak dihargai atau tidak diperlakukan dengan wajar akan menjadikan sekolah
kurang dipercaya. Sikap respek dapat diungkapkan dengan cara memberi senyuman
dan sapaan kepada siapa saja yang kita temui, bisa juga dengan memberikan
hadiah yang menarik sebagai ungkapan rasa hormat dan penghargaan kita atas
hasil kerja yang dilakukan dengan baik. Atau mengundang secara khusus dan
menyampaikan selamat atas prestasi yang diperoleh dan sebagaianya.
6.
Jujur
(honesty)
Nilai kejujuran merupakan nilai yang paling
mendasar dalam lingkungan sekolah, baik kejujuran pada diri sendiri maupun
kejujuran kepada orang lain. Nilai kejujuran tidak terbatas pada kebenaran
dalam melakukan pekerjaan atau tugas tetapi mencakup cara terbaik dalam
membentuk pribadi yang obyektif. Tanpa kejujuran, kepercayaan tidak akan diperoleh.
Oleh karena itu budaya jujur dalam setiap situasi dimanapun kita berada harus
senantiasa dipertahankan. Jujur dalam memberikan penilaian, jujur dalam
mengelola keuangan, jujur dalam penggunaan waktu serta konsisten pada tugas dan
tanggung jawab merupakan pribadi yang kuat dalam menciptakan budaya dan iklim
sekolah yang baik.
7.
Disiplin
(disciplin)
Disiplin merupakan suatu bentuk ketaatan pada
peraturan dan sanksi yang berlaku dalam lingkungan sekolah. Disiplin yang
dimaksudkan dalam asas ini adalah sikap dan perilaku disiplin yang muncul
karena kesadaran dan kerelaan kita untuk hidup teratur dan rapi serta mampu
menempatkan sesuatu sesuai pada kondisi yang seharusnya. Jadi disiplin disini
bukanlah sesuatu yang harus dan tidak harus dilakukan karena peraturan yang
menuntut kita untuk taat pada aturan yang ada. Aturan atau tata tertib yang
dipajang dimana-mana bahkan merupakan atribut, tidak akan menjamin untuk
dipatuhi apabila tidak di dukung dengan suasana atau iklim lingkungan sekolah
yang disiplin. Disiplin tidak hanya berlaku pada orang tertentu saja di sekolah
tetapi untuk semua personil sekolah tidak kecuali kepala sekolah, guru dan
staf.
8.
Empati
(empathy)
Empati adalah kemampuan menempatkan diri atau
dapat merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain namun tidak ikut larut dalam
perasaan itu. Sikap ini perlu dimiliki oleh seluruh personil sekolah agar dalam
berinteraksi dengan siapa saja dan dimana saja mereka dapat memahami penyebab
dari masalah yang mungkin dihadapai oleh orang lain dan mampu menempatkan diri
sesuai dengan harapan orang tersebut. Dengan sifat empati warga sekolah dapat
menumbuhkan budaya dan iklim sekolah yang lebih baik karena dilandasi oleh
perasaan yang saling memahami.
9.
Pengetahuan
dan Kesopanan
Pengetahuan dan kesopanan para personil sekolah
yang disertai dengan kemampuan untuk memperoleh kepercayaan dari siapa saja
akan memberikan kesan yang meyakinkan bagi orang lain. Dimensi ini menuntut
para guru, staf dan kepala sekolah tarmpil, profesional dan terlatih dalam
memainkan perannya memenuhi tuntutan dan kebutuhan siswa, orang tua dan
masyarakat.
F. Bahan Diskusi dan Tugas
1.
Rumuskan ulang dengan kata-kata Anda sendiri
mengenai pengertian budaya dan iklim sekolah. Diskusikan dengan teman-teman
dalam kelompok Anda dan rumuskan pendapat kelompok mengenai pengertian budaya
dan iklim sekolah.
2.
Gambarkan budaya dan iklim sekolah Anda dalam
bentuk kata-kata yang positif maupun negatif. Kata-kata positif seperti: sejuk
dan kata-kata negatif seperti otoriter, dsb.
3.
Berlatihlah mengisi skala sikap sebagai mana
dicontohkan pada instrumen skala sikap terhadap budaya dan iklim sekolah.
0 comments:
Post a Comment