Saturday, September 14, 2013

Upaya-upaya Guru Meningkatkan Profesionalisme

Peningkatan profesionalisme guru pada akhirnya terpulang dan ditentukan oleh para guru itu sendiri. Upaya apa sajakah yang harus dilakukan guru untuk meningkatkan profesionalismenya?
Guru harus selalu berusaha untuk melakukan hal- hal sebagal berikut.
•    Memahami tuntutan standar profesi yang ada
•    Mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan,
•    Membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas termasuk lewat organisasi profesi
•    Mengembangkan etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu tinggi
•    Mengadopsi inovasi atau mengembangkan kreativitas dalam pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi mutakhir agar senantiasa tidak ketinggalan dalam kemampuannya mengelola pembelajaran.
Upaya memahami tuntutan standar profesi yang ada (di Indonesia dan yang berlaku di dunia) harus ditempatkan sebagai prioritas utama jika guru kita ingin meningkatkan profesionalismenya. Hal ini didasarkan kepada beberapa alasan sebagai berkut.
•    Persaingan global sekarang memungkinkan adanya mobilitas guru secara lintas negara.
•    Sebagai profesional seorang guru harus mengikuti tuntutan perkembangan profesi secara global, dan tuntutan masyarakat yang menghendaki pelayanan yang lebih baik.
•    Cara satu-satunya untuk memenuhi standar profesi ini adalah dengan belajar secara terus menerus sepanjang hayat, dengan membuka diri yakni mau mendengar dan melihat perkembangan baru di bidangnya.
•    Kemudian upaya mencapai kualifikasi dan kompetensi yang dipersyaratkan juga tidak kalah pentingnya bagi guru. Dengan dipenuhinya kualifikasi dan kompetensi yang memadai maka guru memiliki posisi tawar yang kuat dan memenuhi syarat yang dibutuhkan.
•    Peningkatan kualitas dan kompetensi ini dapat ditempuh melalui in-service training, on-the-job training, dan berbagai upaya lain untuk memperoleh sertifikasi.
Upaya membangun hubungan kesejawatan yang baik dan luas dapat dilakukan guru dengan membina jejaring kerja atau networking. Guru harus berusaha mengetahui apa yang telah dilakukan oleh sejawatnya yang sukses. Sehingga bisa belajar untuk mencapai sukses yang sama atau bahkan bisa lebih baik lagi. Melalui networking inilah guru memperoleh akses terhadap inovasi-inovasi di bidang profesinya. Jejari kerja guru bisa dimulai dengan skala sempit, misalnya mengadakan pertemuan informal kekeluargaan dengan sesama teman, sambil berolahraga, silaturahmi atau melakukan kegiatan sosial lainnya. Pada kesempatan seperti itu, guru bisa membincangkan secara leluasa kisah suksesnya atau sukses rekannya sehingga mereka dapat memngambil pelajaran lewat obrolan yang santai. Bisa juga dibina melalui jejaring kerja yang lebih luas dengan menggunakan teknotogi komunikasi dan lnformasi, misalnya melalui korenspondensi dan mungkin melalui internet untuk skala yang lebih luas. Apabila korespondensi atau penggunaan internet ini dapat dilakukan secara intensif akan dapat diperoleh kiat-kiat menjalankan profesi dengan sejawat guru di seluruh dunia. Pada dasarnya networking atau jejaring kerja ini dapat dibangun sesuai situasi dan kondisi serta budaya setempat.
Selanjutnya upaya membangun etos kerja atau budaya kerja yang mengutamakan pelayanan bermutu tinggi kepada konstituen merupakan suatu keharusan di zaman sekarang. Semua bidang dituntut untuk memberikan tidak hanya pelayanan, tetapi pelayanan prima. Guru pun harus memberikan pelayanan prima kepada konstituennya yaitu peserta didik, orangtua dan sekolah sebagai pemangku kepentingan (stakeholders). Terlebih lagi pelayanan pendidikan adalah termasuk pelayanan publik yang didanai, diadakan, dikontrol oleh dan untuk kepentingan pubilk. Oleh karena itu guru harus mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugasnya kepada publik.
Satu hal lagi yang dapat diupayakan untuk peningkatan profesionalisme guru adalah melalui adopsi inovasi atau pengembangan kreativitas dalam pemanfaatan teknologi pendidikan yang mendayagunakan teknologi komunikasi dan informasi mutakhir. Guru dapat memanfaatkan media dan ide-ide baru bidang teknologi pendidikan seperti media presentasi, komputer (hard technologies) dan pendekatan-pendekatan baru bidang teknologi pendidikan (soft technologies).
Upaya-upaya guru untuk meningkatkan profesionalismenya tersebut pada akhirnya memerlukan adanya dukungan dari semua pihak yang terkait agar benar-benar terwujud. Pihak-pihak yang harus memberikan dukungannya tersebut adalah organisasi profesi seperti PGRI, pemerintah dan juga masyarakat.
   
Mengoptimalkan Peran Guru dalam Proses Pembelajaran
Ketika ilmu dan pengetahuan masih terbatas, ketika penemuan hasil-hasil teknologi belum berkembang hebat seperti sekarang ini, maka peran utama guru di sekolah adalah menyampaikan ilmu dan pengetahuan sebagai warisan kebudayaan masa lalu yang dianggap berguna sehingga harus dilestarikan.
Dalam kondisi demikian guru berperan sebagai sumber belajar (learning resources) bagi peserta didik. Peserta didik akan belajar apa yang keluar dari mulut guru. Oleh karena itu, seperti yang telah dijelaskan di muka, guru dalam proses pembelajaran mempunyai peran yang sangat penting. Bagaimanapun hebatnya kemajuan teknologi, peran guru akan tetap diperlukan. Teknologi yang konon bisa memudahkan manusia mencari dan mendapatkan informasi dan pengetahuan, tidak mungkin dapat mengganti peran guru.
Lalu apa peran guru dalam kondisi demikian? Apakah guru sebagai satu-satunya sumber belajar masih tetap relevan? Apakah ada peran lain yang dianggap lebih penting? Bagaimana melaksanakan peran-peran tersebut agar proses pembelajaran yang menjadi tanggung jawab lebih berhasil?
Beberapa peran guru dapat dijelaskan di bawah ini.
1.     Guru sebagai Sumber Belajar
Peran guru sebagai sumber belajar merupakan peran yang sangat penting. Peran sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Kita bisa menilai baik atau tidaknya seorang guru hanya dan penguasaan materi pelajaran. Dikatakan guru yang baik manakala ia dapat menguasai materi pelajaran dengan baik, sehingga benar-benar ia berperan sebagai sumber belajar bagi peserta didiknya. Apa pun yang ditanyakan peserta berkaitan dengan materi pelajaran yang sedang diajarkannya, ia akan mampu menjawab dengan penuh keyakinan. Sebaliknya, dikatakan guru yang kurang baik manakala ia tidak paham tentang materi yang diajarkannya. Ketidakpahaman tentang materi pelajaran biasanya ditunjukkan oleh perilaku-perilaku tertentu, misalnya teknik penyampaian materi pelajaran yang monoton, ia lebih sering duduk di kursi sambil membaca, suaranya lemah, tidak berani melakukan kontak mata dengan peserta didik, miskin dengan ilustrasi, dan lain-lain. Perilaku guru yang demikian bisa menyebabkan hilangnya kepercayaan pada diri peserta didik, sehingga guru akan sulit mengendalikan kelas. Untuk itu guru sebaiknya melakukan hal-hal sebagai berikut.
•    Sebaiknya guru memiliki bahan referensi yang lebih banyak dibandingkan dengan peserta didik. Hal mi untuk menjaga agar guru memiliki pemahaman yang lebih baik tentang materi yang akan dikaji bersama siswa. Dalam perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat, bisa terjadi siswa lebih “pintar” dibandingkan guru dalam hal penguasaan informasi. Oleh sebab itu, untuk menjaga agar guru tidak ketinggalan informasi, sebaiknya guru memiliki bahan-bahan referensi yang lebih banyak dibandingkan siswa. Misalnya, melacak bahan-bahan dan Internet, atau dan bahan cetak terbitan terakhir, atau berbagai informasi dan media masa.
•    Guru dapat menunjukkan sumber belajar yang dapat dipelajari oleh siswa yang biasanya memiliki kecepatan belajar di atas rata-rata siswa yang lain. Siswa yang demikian perlu diberikan perlakuan khusus, misalnya dengan memberikan bahan pengayaan dengan menunjukkan sumber belajar yang berkenaan dengan materi pelajaran.
•    Guru perlu melakukan pemetaan tentang materi pelajaran, misalnya dengan menentukan mana materi inti (core), yang wajib dipelajari sisiwa, mana materi tambahan, mana materi yang harus diingat kembali karena pernah dibahas, dan lain sebagainya. Melalui pemetaan semacam mi akan memudahkan bagi guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai sumber belajar.

2.     Guru sebagai Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan peserta didik dalam kegiatan proses pembelajaran. Sebelum proses pembelajaran dimulai sering guru bertanya “bagaimana caranya agar ia mudah menyajikan bahan pelajaran?”
Pertanyaan itu sekilas memang ada benarnya. Melalui usaha yang sungguh sungguh, guru ingin agar ia mudah menyajikan bahan pelajaran dengan baik. Namun demikian, pertanyaan tersebut menunjukkan bahwa proses pembelajaran berorientasi pada guru.
Oleh sebab itu, akan lebih bagus manakala pertanyaan tersebut diarahkan pada peserta didik, misalnya apa yang harus dilakukan agar peserta didik mudah mempelajari bahan pelajaran sehingga tujuan belajar tercapai secara optimal. Pertanyaan tersebut mengandung makna kalau tujuan pembelajaran adalah mempermudah peserta didik belajar. Inilah hakikat peran fasilitator dalam proses pembelajaran..
Agar dapat melaksanakan peran sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipahami, khususnya hal-hal yang berhubungan dengan pemanfaatan berbagai media dan sumber pembelajaran.
•    Guru perlu memahami berbagai jenis media dan sumber belajar beserta fungsi masing-masing media tersebut. Pemahaman akan fungsi media sangat diperlukan, belum tentu suatu media cocok digunakan untuk mengajarkan semua bahan pelajaran. Setiap media memiliki karakteristik yang berbeda.
•    Guru perlu mempunyai keterampilan dalam merancang suatu media. Kemampuan merancang media merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru professional. Dengan perancangan media yang dianggap cocok akan memudahkan proses pembelajaran, sehingga pada gilirannya tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal.
•    Guru dituntut untuk mampu mengorganisasikan berbagai jeni media serta dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar. Perkembangan teknologi infomasi menuntut setiap guru untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi mutakhir. Berbagai perkembangan teknologi informasi memungkinkan setiap guru bisa menggunakan berbagai pilihan media yang dianggap cocok.
•    Sebagai fasilitator, guru dituntut agar mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa. Hal ini sangat penting, kemampuan berkomunikasi secara efektif dan memudahkan siswa menangkap pesan sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar mereka.

3.     Guru sebagai Pengelola
Sebagai pengelola pembelajaran (learning manajer), guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan peserta didik dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh peserta didik.
Di samping itu, sebagai pengelola guru dituntut untuk menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan rencana pembelajaran, dan melaksakan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk melihat perkembangan peserta didik, perkembangan tuntutan kurikulum dan tuntutan sekolah sebagai bagian dari Negara kesatuan Republik Indonesia.

4.     Guru sebagai Demonstrator
Yang dimaksud dengan peran guru sebagai demonstrator adalah peran untuk mempertunjukkan kepada peserta didik segala sesuatu yang dapat membuat para peserta didik lebih mengerti dan memahami setip pesan yang disampaikan.
Ada dua konteks guru sebagai demonstrator. Pertama, sebagai demonstrator berarti guru harus menunjukkan sikap-sikap yang terpuji. Dalam setiap aspek kehidupan, guru merupakan sosok ideal bagi setiap siswa. Biasanya apa yang dilakukan guru akan menjadi acuan bagi peserta didik. Dengan demikian, dalam konteks ini guru berperan sebagai model dan teladan bagi setiap peserta didik. Kedua, sebagai demonstrator guru harus dapat menunjukkan bagaimana caranya agar setiap materi pelajaran bisa lebih dipahami dan dihayati oleh setiap peserta didik. Oleh karena itu, sebagai demonstrator erat kaitannya dengan pengaturan strategi pembelajaran yang lebih efektif.

5.     Guru sebagai Pembimbing
Peserta didik adalah individu yang unik. Keunikan itu bisa dilihat dari adanya setiap perbedaan. Artinya, tidak ada dua individu yang sama. Walaupun secara fisik mungkin individu memiliki kemiripan, tetapi pada hakikatnya mereka tidaklah sama, baik dalam bakat, minat, kemampuan, dan sebagainya. Di samping itu, setiap individu juga adalah makhluk yang sedang berkembang. Irama perkembangan mereka tentu tidaklah sama juga. Perbedaan itulah yang menuntut guru harus berperan sebagai pembimbing. Proses membimbing adalah proses memberikan bantuan kepada siswa, dengan demikian yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah siswa itu sendiri.

6.     Guru sebagai Motivator
Dalam proses pembelajaran, motivasi merupakan salah satu aspek dinamis yang sangat penting. Sering terjadi peserta didik yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk belajar sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya dan potensinya.
Dengan demikian, bisa dikatakan peserta didik yang berprestasi rendah belum tentu disebabkan oleh kemampuannya yang rendah pula, tetapi mungkin disebabkan oleh tidak adanya dorongan atau motivasi.

7.     Guru sebagai Evaluator
Sebagai evaluator, guru berperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Terdapat dua fungsi dalam memerankan perannya sebag evaluator. Pertama, untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan atau menentukan keberhasilan peserta didik dalam menyerap materi kurikulum. Kedua, untuk menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang telah diprogramkan.

Penugasan.
1.    Identifikasi kompetensi yang sudah dimiliki para guru di lingkungan tingkat satuan pendidikan yang Saudara ketahui
2.    Identifikasi kompetensi yang harus dan belum dimiliki para guru di lingkungan tingkat satuan pendidikan yang Saudara ketahui sebagai upaya pemenuhan tujuan pendidikan yang telah Saudara rancang
3.    Langkah-langkah apa saja yang harus di tempuh pihak sekolah agar kompetensi-kompetensi tersebut dapat diperoleh oleh para guru. Sertakan tantangan atau peluang dari tiap langkah yang Saudara rancang !
4.    Jelaskan sesuai dengan yang Anda ketahui tentang profesionalisme guru.

0 comments:

Post a Comment